Senin, 22 Agustus 2011

Ketika 'Maut' mulai hadir.

Ketika perpisahan dengan dunia (kematian) mulai dihadirkan
Ketika kematian, dulu dianggap hal yang aman karena ga' pernah hadir dan kini mendadak ada.


Ketika kampung akherat yang telah dijanjikan mulai tiba kepadanya.

Kepedihan maut dan kesedihan karena akan kehilangan 'dunia', telah ia rasa mulai mengepung, membuat anggota tubuhnya mulai lesu, rona wajahpun berubah pucat karena takut, terlebih ketika 'maut' terus tingkatkan kehadiran dan tekanan pada dirinya.

Ketika 'Maut' berdiri diantara dirinya dan kemampuan bicaranya, berdiri disamping tidurnya, dan keluarga yang menunggunya. Ia hanya bisa melihat dengan matanya, mendengar dengan telinga juga akal dan kecerdasannya.

ia mulai menyadari betapa telah sia siakan hidup dan kelakuannya saat dulu
ia teringat dengan kekayaan yang selama ini dia perjuangkan dengan mati-matian
yang ia kumpulkan dengan membutakan diri dalam pencariannya dan mendapatkannya dari sumber yang baik atau yang kotor dan sekarang ini kesemuanya tidak bisa dia bawa dan hanya akan menjadi rebutan para 'ahli warisnya',

Saat 'maut' mulai hadir disamping dia
Dia sadar betul tak lagi bisa berbuat apa-apa terhadap itu semua.
Ketika harta hanya akan tertinggal bagi mereka yang dibelakangnya (keluarga), dan merekalah akan menikmati dan mengambil manfaat dari dia.

Maut akan terus pengaruhi badannya, hingga kuping atau lidahnya hingga menjadi tidak berfungsi normal.
Ketika ia terbaring diantara keluarga, ia tidak lagi bicara dengan lidah dan tak lagi mendengar dengan telinga, yang dia bisa lakukan hanya memutar-mutar pandangan satu persatu pada wajah mereka para handai taulan,
hanya bisa perhatikan gerakan lidah mereka yang hadir, dan tak bisa dengarkan apa yang mereka bicarakan.

Ketika 'Maut' mulai tingkatkan 'kekuasaan' atas dirinya
Pandangannya akan mulai dia cabut, sebagaimana telinga dan lidah yang telah lebih dahulu 'maut' ambil dan saat inilah rohpun akan berpisah dari tubuhnya.

Maka ia akan menjadi tubuh dingin (bangkai) diantara keluarga dan kaumnya sendiri
tak ada lagi yang namanya kesombongan, 'ini aku' dan kekayaanku, ini aku dan jabatanku, tidak ada !!! hanya kesunyian dan keterasingan yang dia rasakan.

Semoga obrolan ini bisa ingatkan kita semua
bahwa itu ada dan pasti pada setiap makhluk Allah yang bernyawa.

Pertanyaannya adalah : sejauh apa bekal kita akan hal ini,
jawabnya : hanya diri kita lah yang bisa ukur.

8 komentar:

  1. hmmm...renungan yang sangat menarik,,tentang sebuah kematian yang tidak akan pernah ingkar janji untuk menghampiri....

    BalasHapus
  2. @ Sofyan :
    Makasih Mas... dan benar dia tak pernah ingkar janji

    BalasHapus
  3. subhanallaaaaah....
    merinding bacanya ....

    hiks....
    jadi inget kalo punya banyak dosa

    BalasHapus
  4. Pa khabar Elsa, gimana perkembangan si kecil ?
    salam buat dia juga keluarga dirumah.

    BalasHapus
  5. met siang....harta memang tak akan dibawa mati ya.

    BalasHapus
  6. @ Sang Cerpenis bercerita :
    benar Mbak, diIslam diajarkan ketentuan ambilah yang seperlunya untuk hidup, bukan untuk kemegahan, karena itu hanya melalaikan

    BalasHapus
  7. Baca tulisan ini jadi merinding.
    bener hanya diri kita yang bisa mengukurnya..apa saya yang sudah pernah kita perbuat untuk akhir hayat kita.

    BalasHapus
  8. @Bunda :
    hingga terhadap tubuh ini saja, kita ga punya hak, kita hanya bisa berharap semoga ketika maut menjemput kita, dia bisa berlaku ramah dan pada 'riwayat' lain Sang maut pun juga tahu, bahwa itu sangat menyakitkan dan pedih yang menyayat.

    Hanya amal baik dan sholeh yang bisa membuat kondisi nyaman saat 'maut' hampiri kita.

    BalasHapus