Inilah teguran kepadaku setelah Isya', kemaren
halus tapi begitu menyentak
Ternyata 'marah' kita kepada anak-anak (yang pernah terlakukan),
adalah seperti seperti PAKU yang kita paksa tancapkan pada sebilah Papan.
adalah seperti seperti PAKU yang kita paksa tancapkan pada sebilah Papan.
Bekas lobangnya, tingkat kerusakan yang diakibatkan tak akan tergantikan walo kita dempul sekalipun.
Bekas itu akan terus ada hingga akhir hayat, terus tersimpan pada alam bawah sadarnya, dan hal yang pasti bahwa bilah papan itu telah cacat.
Terbayang jelas pada saat ini bahwa sekalipun 'paku' itu telah tercabut papan itu tak lagi bisa kembali utuh seperti sedia kala, banyak lubang menganga yang telah aku buat pada mereka 'buah hati ini' juga tak akan hapuskan luka itu walo aku sudah meminta maaf pada mereka semua.
Duh ! Bekas itu akan terus ada hingga akhir hayat, terus tersimpan pada alam bawah sadarnya, dan hal yang pasti bahwa bilah papan itu telah cacat.
Terbayang jelas pada saat ini bahwa sekalipun 'paku' itu telah tercabut papan itu tak lagi bisa kembali utuh seperti sedia kala, banyak lubang menganga yang telah aku buat pada mereka 'buah hati ini' juga tak akan hapuskan luka itu walo aku sudah meminta maaf pada mereka semua.
Ya Allah, mohon ampun atas semua ini ...
Pembelaan atas 'kenapa aku marah' tak lagi berlaku
terlanjur sudah bahwa papan yang indah dan bersih, telah nyata nyata rusak oleh paku dan emosi yang ada, oleh pemaksanaan pembenaran yang mengatas namakan orang tua terhadap logika hal yang tak boleh mereka lakukan atau untuk kebaikan mereka nantinya terhadap norma yang ada.
Rasanya ingin berlama-lama susuri jalan kerumah
padahal jarak masjid tak begitu jauh hanya 150 M saja,
Hati dan fikiran sudah tak mampu berhadapan dengan mereka
penyesalan ini menyeruak hebat fikirkan side effect atas paku itu.
Ya Allah pembelajaran ini sungguh sangat berharga
dan bukti evaluasi MU bahwa aku 'belum bisa menjadi Ayah yang baik buat mereka'
(Mas juga Ade, Ayah sungguh menyesal atas hal ini, demi Allah)
Tak terasa langkah sudah sampai rumah
Upss...kutemui mereka dengan mata polosnya, satu persatu kucium kening itu dengan mata sedikit berkaca kaca, dalam hati sampaikan :
"maafkan Ayah dan insya Allah 'paku' itu tak akan lagi ada".
terharu mas,,ingin menjadi ayah yg baik juga kelak nnti, dan sepertinya saya yakin mas adalah ayah yg baik,,karena semua org butuh proses menuju kesana, ya menuju kesempurnaann
BalasHapus@ Buat Al Kahfi :
BalasHapusMakasih Bang dukungannya, ternyata jadi orang tua ga mudah, kenapa juga ga ada sekolah khusus gitu ya ?
Jangan tiru aku atas kesalahan ini, tapi ambilah yang baik untuk mu kelak.
Bila inget itu, sungguh menyesal.
Salam
Saya terharu mas membaca tulisan ini, saya juga sudah pernah baca tulisan tentang paku ini.
BalasHapusTapi kadang kalau lagi capek, lagi kesel suka kelupaan tentang filosofi paku ini.
Apakah mas yakin gak akan 'menancapkan paku' lagi ke anak-anak, mas? Gak yakin aku mas
Tapi aku yakin sekaliy kalo mas bakalan menancapkan paku lain ke mboknya anak-anak...
@ Buat 21inchs :
BalasHapusha..ha.ha... insya Allah dan aku udah janji pada diri sendiri untuk itu, terlebih mengingat batas umur ini tak ada yang tahu, begitu ga ada, aku ingin anak-anak pada rukun, pada jadi, pada mandiri dan sayang sama Ibunya juga mau doakan aku nantinya.
hmm, betapa sulitnya bsikap bjak jg btutur santun saat kita ksal, mrh jg letih y, hingga tanpa sdr, sengaja atau tdk meninggal kan bkas pd mrka yg kta syang.
BalasHapusAq pcya , seiring wkt mrk akan mengerti, knp ayah sampai mrh,.. dan aq ykn mrka tau bhw sang ayah sgt menyayangi mrka.
Aamiin, semoga tak ada 'paku2' untuk anak2 kita ...
BalasHapus@ Buat Senja Di Batas Cakrawala :
BalasHapusbenar, disitulah letak titik rawan dan sulitnya, terlebih kita diembel embeli status : sebagai orang tua.
Makasih dah mampir
@ Buat Yunda Hamasah :
BalasHapusAmin, semoga ini bisa menjadi pembelajaran buat kita semua.
bener Pak...
BalasHapusternyata marah, meskipun cuma sedikit dampaknya gak bisa hilang. apalagi ke anak anak...
duh, harus lebih berhati hati menjaga hati dan amarah nih
@ Buat Elsa :
BalasHapusaku yakin insya Allah kamu bisa, semoga ini bisa jadi tambahan wacana kelak bila kau nikah ya De. amin.
mas, kok hanya dalam hati, anak-anak pasti akan bahagia jika mendengar ;'nak, maafkan sikap ayah tadi ya sayang,'pasti anak2 akan bahagia dan bisa belajar berjiwa besar spt ayahnya.
BalasHapusyah sebisa mungkin kita menghindari marah dengan cara berwudlu..
BalasHapustapi kalau udah keceplosan ya gimana lagi..
@ Buat alaika abdullah :
BalasHapusmata polos mereka dan rasa bersalah yang mendalam, mampu bekukan lidah ini de. Jadi kagak bisa ngomong.
@ Buat socafahreza's blog :
BalasHapusnice TIps, makasih ya Mas.
kalau dianalogikan benar juga ya.
BalasHapusmemang mendidik anak itu tidak harus dengan kekerasan. kelembutan dan kasih sayang bisa menjadi pilihan terbaik karena menyesuaikan dengan tingkat umur mereka.
saya ngefans sama cara didik sampean... sip, jempol :)
BalasHapusayah yg baik... smg istiqomah ya mas.. :)
BalasHapus@ Buat panduan belajar blog :
BalasHapusidealnya memang seperti itu, hanya saja jujur kadang kita 'putus' dalam hal 'siasat' bila terjadi jeda antara kemauan kita sbg orang tua dan melihat kepentingan mereka, artinya disini kita harus mau mendengar dulu : kenapa dia lakukan itu dan kenapa tidak mau lakukan arahan kebaikan buat mereka.
Itu saja yang kufikir selama ini, terima kasih ya Mas dah mo sharing dalam 'obrolan blog' ini.
Salam
@ Buat Annesya :
BalasHapusNesya, ternyata ribet juga ya jadi orang tua, hi hi hi, baru berasa sekarang eh.
Tapi amati perkembangan dia tiap harinya ibarat kita baca novel yang tebelnya 5 cm, ada pergerakan, ada geliat disana dan aku menikmatinya walo kadang ada keletihan juga jenuh karena tak sesuai dengan yang kita harapkan.
Makasih dah mo mampir, aku hanya ingin bisa berlaku benar dalam mendidik, itu saja ga muluk-muluk lah.
Salam.
@ Buat Meidy :
BalasHapusMakasih ya De, amin...banget
Moga juga dalam hidupmu ada kemudahan, rahmad dan ridho Nya, amin.
Saya juga kadang gitu Om, keras pada saat belajar habis itu langusng nyesel..padahal anak seusia gitukan gak perlu di kerasin.
BalasHapusmencoba untuk menjadi ibu yang baik...
@ Buat Andini :
BalasHapusbisa kufahami bila hal terjadi, kita berangkat dengan sama-sama pada keterbatasan 'Ilmu' akan hal itu, tapi dengan kita tahu ini, semoga bisa membawa kebaikan pada keluarga kita masing-masing. Amin
Makasih ya dah mau mampir.
Salam
maklum gan anak2
BalasHapus@ Buat Zh!nTho :
BalasHapusho ...oh Gan, Tks dah mau mampir.
Salam.
sesuatu yang terlanjut tak bisa lagi untuk ditarik kembali..
BalasHapussebagai orang tua, kini haruslah pandai mengemas ulang apa yang telah terjadi..semoga paku itu tak kan pernah ada lagi..jika pun yang dulu masih ada, semoga bisa tertutup kembali oleh kemas ulang yang dibuat ayah...
@ Buat windflowers :
BalasHapusMakasih Mbak, amin
pa kabar ?
saya malah terbalik, Mas.. saya tergolong yang paling susah marah sama anak.. malah cenderung memanjakan.. <-- ini tampaknya lebih berbahaya ya.. ;_O
BalasHapus@ Buat MUXLIMO :
BalasHapuswallaaah....aku harus belajar kepadamu berarti, ajari aku bila kau ga keberatan.
Tks ya udah mampir, pa Khabar mu selama ini ?