Jumat, 16 Desember 2011

keinginan sesaat tapi sangat melukai

sumber foto : Fred Relaix
Sahabatku,
Kaget aku melihatmu, kutemui kau pagi ini dengan kondisi pucat pasi,

badan yang selalu tegak menatap juga senyum yang selalu ada kini berganti suram dengan kesedihan yang teramat sangat, langkah juga bicaramu tak lagi semangat seperti dulu, apa yang telah terjadi Mas ?
Sini...masuk dan dukuklah, maaf boleh aku tanya dan bisa kau ceritakan apa yang terjadi pada keluargamu ?


Dia menjawab dengan penuh kesedihan : " Maaf Mas aku gagal menjadi Ayah dan tak bisa melindungi putri tersayangku" itu yang kau sampaikan "Dinar kini tengah hamil Mas...." Ops....! khabar ini sontak membuatku tersedak, karena aku tahu persis siapa Dinar dan Orang Tuanya yang juga sahabatku juga seperti saudara sendiri.


Yang kutahu, gadis itu begitu santun, Ayah juga Ibunya adalah orang orang yang selalu taat dalam agama, derajat ketaqwaanku dibanding sahabatku itu sangat jauh, sungguh ! walo dari Keluarga yang sangat sederhana tapi mereka adalah keluarga yang harmonis, Ayah dan Ibunya selalu hangat dalam komunikasi juga mendidik anak-anaknya, tapi khabar pagi ini sungguh membuatku bergidik 'lukisan yang indah dan prefect itu' kini tengah terobek oleh 'keinginan yang sesaat', pertanyaanku letak kesalahan ini ada dimana ?

Dari kegetiran yang jelas terlihat, juga suara paraunya dia sampaikan :
Mas, salahku dimana ? padahal aku selalu berdoa untuk keselamatan dunia akherat kami, menjaganya, selalu luangkan waktu untuk bicara dengan anak-anak dan kau tahu sendiri mas aku lebih banyak dirumah khan ? sungguh aku tidak bisa menerima keadaan ini dan dadaku selalu berdegub tak beraturan dalam 2 minggu terahir ini hanya untuk menelaah terhadap hal yang terjadi pada putri kesayanganku itu.

Belum lagi fikirkan akan masa depannya yang jelas sudah 'berantakan'
ini sungguh tidak adil dan tak sebanding dengan susah payah perjuangannya hanya untuk dapatkan bangku kuliah, karena sebentar lagi mereka akan jalani pernikahan dini. Usia 18 tahun sama sama belum kerja, belum lagi kondisi keuangan kami yang seperti kau tahu Mas...uff sungguh berat cobaan ini, aku tak lagi tahu apa yang harus kulakukan selain hanya meratapi keadaan ini.

Itu yang dia sampaikan padaku.
Keinginan yang sesaat tapi melukai, itulah yang kudapatkan pagi ini
sebelumnya pasti mereka tak pernah berfikir akan akibat juga resiko perubahan hidup yang cukup drastis bila itu terjadi.

Dia tak lagi bisa nikmati usia remajanya, harus fokus terhadap bayi, fokus pada bagaimana mencari nafkah untuk hidupi keluarga, belum lagi bagaimana merawat anak saat bayi yang sungguh merepotkan juga mendidik anak yang jelas tidak hanya 1 hari, 1 minggu, 1 bulan atau 1 tahun, tapi untuk selamanya, belum lagi bila terjadi perselisihan fikir antar suami istri ufff...nikah itu tidak mudah.

Apakah ini berbanding linier dengan keinginan yang sesaat itu, jelas tidak khan.
Tapi ya sudahlah, warna telah terjadi dan yang terpenting sekarang ini adalah mulai menata, berfikir dan apa yang terbaik bagi dia nantinya.

Tentang Letak kesalahan mu sebagai kepala keluarga ? maaf Mas...aku tidak bisa menjawabnya sekarang dan hanya bisa aku sampaikan : aku turut prihatin dengan keadaan yang tengah terjadi pada keluargamu khususnya pada putri tersayangmu itu, semoga Allah berikan segera kemudahan, ampunan juga petunjuk kepada dirimu dan dia. Berfikir realitis adalah langkah bijak dibanding kita yang hanya merenungi kekecewaan ini.

Ini pembelajaran bagi kita semua, bahwa keinginan itu tidak berbading lurus dengan akibat yang akan dijalani nantinya.
Adakah saran dari temen-temen biar itu ga terjadi pada keluarga kita ?
saya sangat berterima kasih apapun itu bentuk masukannya, entah dari para remaja putri atau mungkin dari Ibu-ibu atau dari temen-temen lain,
"... Kenapa bisa terjadi seperti itu...dan agar tidak seperti itu"
silahkan, saya tunggu masukannya, sebelumnya terima kasih banget.

Salam.

53 komentar:

  1. iya setuju mas, , memang keinginan itu tidak sebading lurus dengan akibat yang akan kita jalani :)
    izin follow sini :)

    BalasHapus
  2. @ Buat Bayu Aldi Yansyah :
    iya mas tidak sebanding, kesian mereka
    makasih aku juga akan folow dirimu
    Salam

    BalasHapus
  3. hmm..kalo denger cerita begitu kadang sebagai orangtua suka jadi merinding, semoga bisa menjaga keluarga dengan baik. thanks for sharing y mas.
    btw, mau di follow juga dong hehe

    BalasHapus
  4. @ Buat epay :
    Ya...aku sampai detik ini juga kefikiran hal itu, gimana ya proteksinya.

    Oke aku follow balik

    BalasHapus
  5. merinding juga membaca kisah ini, karena sebagai orang tua yang mati-matian dan maksimal berusaha menjaga keluarga pada jalur yang sebenarnya, namun masih saja ada celah yang tidak sempat kita tutupi, yaitu pengaruh lingkungan.
    Semoga ini menjadi pembelajaran bagi kita semua

    BalasHapus
  6. semua akibat pasti memiliki sebab, namun untuk kejadian yang sudah terjadi, tanya KENAPA tak akan pernah menemukan jawaban-nya bahkan hasil-nya kan membuat pikiran menjadi lebih gelisah karena tiada jawaban yang bisa memberikan kepuasan batin...
    salah satu langkah yang terbaik adalah menerima kondisi yang sudah ada dan kemudian membenahinya dengan baik berdasarkan tuntunan agama, agar kondisi-nya tidak menjadi lebih parah...salam
    BlogS of Hariyanto

    BalasHapus
  7. @ Buat Djangan Pakies :
    ya mas...dia juga udah sampaikan itu betapa mati matian dan gigihnya dia kearah sana, tapi tetep juga 'kejadian' kini dia terpukul yang sedemikian sangat, aku belum pernah lihat dia seperti ini sebelumnya, banyak persoalan dia berhasil jalani dan tetep cool, tapi kali ini, tidak aku sungguh sedih dan kesian padanya.

    Makasih ya mas udah mau 'sowan' ke blog ini, pa kabarmu ?

    BalasHapus
  8. @ Buat BlogS of Hariyanto :
    ya mas nanti aku sampaikan pada dia, bila ketemu, insya Allah, kesian dan sangat terpukul terlebih menanggung rasa malu itu pada tetangganya.

    BalasHapus
  9. Salam

    Sebuah pembelajaran mas..
    Thanks sudah share..
    Salam kenal mas..

    BalasHapus
  10. @ Buat DenBaGas :
    Iya mas sebuah pembelajaran, salam kenal juga dan jabat erat buatmu.

    Salam

    BalasHapus
  11. semua terjadi karena kehendak yg diatas, karena sudah diatur olehnya, walaupun itu sangat sulit untuk menerimanya,, :) turut prihatin juga dgn apa yg sudah dialami temennya,,

    BalasHapus
  12. @ Buat Rama88 :
    Makasih Rama, kita semua prihatin dengan kesedihan dia, nanti aku akan terus support kok

    BalasHapus
  13. Ya Allah..
    kenapa tiba-tiba jadi miris ya?
    tulisan satrio ini beneran nyata ya?

    Ya Allah Ya Rabb...
    tak tahu mesti komen apa..
    yang terjadi sudah terjadi
    sekarang bagaimana janin yang sudah ada itu diberikan haknya..

    Ya Allah...

    *backsoundnya mendukung banget nih

    BalasHapus
  14. Sungguh pelajaran yang sangat berharga buatku Pak, semoga sahabatmu mendapatkan kekuatan dan kesabaran melewati semuanya*kisah nyatakan?

    Anak adalah amanah, semoga kita selalu menjadi orang tua pembelajar.

    TFS

    BalasHapus
  15. keinginan merupakan hasrat egoisme dari manusia sobat, sama halnya saya jika punya keinginan yg gak terpenuhi maka akan membuat saya marah, tapi dibalik semua itu akan memotifasi saya untuk menadaptakan apa yang saya inginkan dengan cara berusaha dan bekerja keras untuk mendapatkannya....

    BalasHapus
  16. semakin dekat dengan keluarga, semakin jauh dari keinginan berbuat negatif. tapi dekat dengan keluarganya benar secara emosi, bukan sekedar "dekat". soalnya keinginan negatif sering datang waktu kita kurang diperhatikan dan ingin diperhatikan. logikanya kalau dekat sama orang tua kan menghindari jadi perempuan yg dangkal dan berpikir bahwa seks (pra nikah) adalah kasih sayang. dan yang gak kalah pentingnya sex education. supaya mengerti apa ruginya jika melakukan seks pranikah. bukan soal resiko hamil dan PMS saja, ya, tapi juga resiko psikisnya.
    tapi kalau sudah terlanjur, keluarga juga seharusnya jangan mengucilkan. justru merangkul dan mendukung. jangan malah dibuat "merasa bersalah". toh tanpa diberitahu salah saja sudah tahu itu salah :)

    BalasHapus
  17. @ Buat : Nurmayanti Zain
    Mbak ini kejadian riil, kita sama-sama miris ngeliat fakta ini, temen-temen yang lain pun sudah coba support pada dia, alhamdulillah kini dia sudah bisa menerima fakta dan sepakat untuk lebih berfikir solutifnya.

    Makasih udah mampir.

    BalasHapus
  18. @ Buat Yunda Hamasah :
    Amin, terimakasih dan benar anak adalah amanah terlepas seperti apa kondisinya.

    Terimakasih.

    BalasHapus
  19. Buat Asis Sugianto :
    Terimakasih atas sharenya, lagi sibuk apa sekarang ?

    BalasHapus
  20. @ Buat : dunia kecil indi
    terimakasih atas sharenya, intinya komunikasi dan S.E itu perlu bagi dia.

    BalasHapus
  21. susah menebak kenapa bisa spt itu. meski sudah dididik dg baik tetapi yg namanya anak muda tetap saja bisa lupa diri. sekarang yg penting adalah bagaimana tetap bertanggung jawab atas perbuatan yg sudah terlanjur dilakukan. semua sudah terjadi.

    BalasHapus
  22. op's... crt ini mengingatkanku pd ksh ssorg di msa llu...

    hmm, betapa berat beban mental yg hrs ditanngung ortunya,kepada tetannga, sdra terlebih pada Tuhan Nya.

    mnrtku, bukan ortu yg slh,kuykn siapapun ortu, pasti akan mmberikan bekal yg terbaik buat ank2nya, hm.. sikap / plihan yg dipilih kedua ank itu yg tidak tpt,... tp apapun itu, kupercaya bhw ini adalah pembelajaran buat ortu, dinar & psgnnya jg kita semua.

    BalasHapus
  23. @ Buat Sang Cerpenis bercerita :
    iya Mbak benar, dan teman teman lain juga berfikir sama denganmu dan sudah kita sampaikan pada temenku.

    Makasih ya..udah nyempetin nulis diantara kesibukanmu - salam

    BalasHapus
  24. @ Buat Senja Di Batas Cakrawala :
    kesian bila liat kondisi orang tua yang hancur perasaannya, dari kecil dia jaga hingga remaja tapi tetep saja, 'bobol' sungguh aku jadi lebih banyak diam untuk fikirkan temanku itu.

    Makasih udah sempatkan posting.

    BalasHapus
  25. hmm, dulu saya pernah mendapat ceramah. memang kewajiban orang tua melindungi anaknya dan mencegah mereka dari kemungkaran. tapi semakin sehat lingkungannya, ketika dia memasuki ke lingkungan yg tidak sehat dia mudah tergoncang. dari awal saya di perkenalkan ttg kebaikan dan keburukan dimana tanggung jawab moral dari keburukan itu harus benar2 di tanamkan. teman saya keluarga ustadz, dia pindah ke amerika dan pergaulannya sangat mengerikan, dia masih menjadi orang baik dan lurus.

    BalasHapus
  26. @ Buat Meutia Halida Khairani :
    mantab banget dia..hebat, jadi intinya akidah akan pemahaman itu harus dia terima utuh ya, sementara milio walo 75% pengaruhnya lebih kuat dari milio keluarga ternyata bisa jadi proteksi yang baek, makasih sarannya.

    BalasHapus
  27. sungguh ujian terhadap orang tua yang sangat luar biasa.

    semoga sahabat mas satrio mampu melewati ujian ini dgn sabar dan tawakal.

    BalasHapus
  28. @ Buat Senja :
    Amiin...makasih doamu ya De...

    BalasHapus
  29. banyak sekali orang tua yang dihadapkan pada kenyataan yang seperti ini mas... di daerahku, yang begitu kental 'syariah islami'nya pun hal seperti ini sering sekali terjadi. menurutku, selain menanamkan akidah yang kuat sejak usia dini, orang tua juga harus berani memberikan anak2nya pengetahuan tentang seks (tentu disesuaikan dengan tingkatan umur si anak) secara terbuka (tentu dengan cara2 yang baik). Pengetahuan ini sangat dibutuhkan si anak agar dia tau persis akibat2 jika dia melakukan sesuatu yang memang belum pada waktunya, belum pada haknya. Namun seringkali, pengetahuan ini didapatkan si anak, justru dari org lain, dr majalah, buku, internet dan media lainnya, yang terkadang malah menyesatkan.
    Masalah lainnya adalah, kebanyakan ortu masih menganggap tabu pendidikan seks bagi anak, sehingga hal itu hanya dipendam dan tidak pernah disampaikan secara baik dan terbuka.

    Akhirnya? banyak anak yang mencoba2, dan terjerumus.

    Anak adalah amanah, adalah kewajiban kita para org tua menghantar mereka ke masa depan yang cerah dan bertanggung jawab, semoga Allah melindungi kita dan anak2 kita dari jalan2 yang tidak diridhoiNya ya mas... AMin.

    Kepanjangan euy, cabut ah... takut dimarahi mas Satrio... hehe

    BalasHapus
  30. Sepakat dan sependapat dengan Pak Haryanto. Seperti buku pelajaran yang saya dapat dari buku Rembulan Tenggelam Di Wajahmu ( Tere Liye ) bahwa ada sebab akibat dalam hidup ini. seringkali kita sibuk bertanya, mengapa dan mengapa. Mengapa begini dan mengapa begitu hingga seringnya kita terlupa untuk menyikapi kenyataan yang ada, juga mengambil pelajaran agar kesalahan yang terlanjur dilakukan bisa diperbaiki dan tidak diulangi lagi di masa mendatang.

    Semoga Allah senantiasa membimbing kita, saya dan juga putri tunggal saya. Saya sendiri sering merasa 'khawatir' membesarkan dia seorang diri, bagaimanapun saya seringkali bingung menempatkan diri di dua posisi, sebagai ayah dan juga sekaligus sebagai ibunya.

    BalasHapus
  31. hmm,, yg ngomen diatas sdh panjang2,,ngomen pendek saja dech, itu sdh realita kehidupan yg tdk bisa diprediksi kali ya,,dan iblis selalu bisa mengintip celah2 terkecil sisi kelemahan manusia, yaitu hawa nafsu.. yg semua manusia memilikinya,,
    hadir kembali mas setelah sekian lama sy off nih

    BalasHapus
  32. @ Buat Mbak alaika abdullah :
    tak terbantahkan kebenaran darimu, jujur aku juga bingung sampaikan itu mengingat anak-anak ku sangat kritis dan detail dalam setiap pertanyaannya mbak 'apa yang harus aku lakukan terhadap mereka' bukan masalah males buat neranginnya tapi ga nahan sama tingkat kritis dan begitu detailnya mereka tanya, repooooootttt pisan ya jadi orang tua, hi hi hi.

    BalasHapus
  33. @ Buat Mas Abi Sabila :
    bisa kufahami keterbatasan mu itu, tapi sungguh demi Allah aku salut dengan dirimu, bisa dan mampu berdiri sebagai single parents, ini bukan perkara mudah.

    Semoga keluarga mu, keluarga ku, keluarga temen-temen kita semua Mas, terlindungi dari hal itu, selamat dunia dan akherat, aminnnn

    BalasHapus
  34. @ Buat Abang al kahfi :
    heiii ... senang bisa melihatmu kembali
    lagi sakitkah ? atau jadi hijrah ke Medan ?

    BalasHapus
  35. Salam Kenal..sebelumnya....
    Membaca postingan ini mengingatkanku kembali akan gaya trend di desaku saat ini, Banyak kali anak gadis di desaku hamil duluan sebelum menikah...sampai-sampai saya menyebutnya trend karena tak hanya 1 atau 2 orang namun sudah banyak yang seperti itu. Na’udzubillahi Min Dzalik

    Semoga diberikan kesabaran yang berlebih kepada teman pak satrio..amin..

    BalasHapus
  36. @ Buat Falah Mulyana :
    oke ntar aku ketempatmu, makasih.

    BalasHapus
  37. Buat Nyitnyit :
    Diih kok tahu namaku, hi hi hi
    ya deh jabat erat buatmu, makasih udah mo main kesini dan tinggalkan pesan.

    Memang Mbak, kita sama temen 2 prihatin akan hal itu.

    BalasHapus
  38. keingin memng sulit untuk di bendung, tapi sebaiknya difikir2 terlebih dahulu agar tidak melukai,,,

    BalasHapus
  39. @ Buat Mas Asis Sugianto :
    ya Mas, terimakasih

    BalasHapus
  40. riil?
    Ya Allah.. Ya Rabb...
    aku speechles..

    Ya Allah..

    BalasHapus
  41. @ Buat Nurmayanti Zain :
    Benar, ini riil De

    BalasHapus
  42. Dengan usaha yang telah maksimal sebagai orang tua dalam mendidik serta mengasuhnya anak-anaknya maka sekarang adalah yang lebih baik lagi dengan mencari solusi yang terbaik.
    Tidak baik juga hanya menyalahkan anak-anak kita karena terkadang pemikiran kita bahwa didikan serta arahan kita sudah baik ternyata juga segi pergaulan amatlah sangat berpengaruh sobat.
    Kalau solusi mungkin saya tidak bisa memberikan yang terbaik karena biasanya terbaik bagi kita belum tentu terbaik bagi yang sedang mengalaminya sobat.
    banyak belajar dari cerita di atas sobat.karen saya juga mempunyai anak perempuan

    BalasHapus
  43. @ Buat Mas Ferry I :
    Ya Mas saya setuju dengan saran dan pendapatmu, terimakasih.

    BalasHapus
  44. Aku memohon ampunan atas diriku dan kita semua.

    "Kematian memisahkan kenikmatan kenikmatan dengan orang yang menikmati kenikmatan, maka carilah kehidupan yang tidak akan mati"-bukan quotes saya-

    salam kenal

    BalasHapus
  45. @ Buat fauzan10 :
    iya mas, makasih udah diingatkan
    Salam

    BalasHapus
  46. inilah buktinya, memiliki anak perempuan jauh lebih berat dibanding memiliki anak laki-laki. Karena tanggung jawabnya JAUUUH lebih besar.

    sebagai orang tua, pasti sangat trepuruk mendapati anak gadisnya hamil di luar nikah. Padahal sudah merasa mendidiknya dengan sebaik baiknya.

    aku jadi ingat, beberapa temanku juga mengalami hal seperti itu. hamil di luar nikah. kemudian baru kemudian menikah. dan beberapa dari mereka (yang mengawali dengan kehamilan tadi) kemudian bercerai sebelum 5 tahun perkawinannya.

    susah ya jadi orang tua...

    tapi aku pikir, si anak juga patut dipersalahkan. karena tentunya dia sudah besar, sudah akil baligh, sudah tau benar.. mana yang benar dan salah. Sudah bisa menjaga diirnya sendiri, sudah bisa bertanggung jawab atas hidupnya sendiri.

    meski begitu, sebagai orang tua, pasti jauh lebih merasa bersalah ya.

    tapi Pak Satrio...
    Guruku pernah bilang, tidak sah pernikahan seorang perempuan yang sedang hamil.
    Apa itu benar?

    Guruku juga bilang, banyak kasus seperti ini memang diselesaikan dengan buru buru menikah dengan tujuan menutupi AIB. tapi seharusnya,pernikahan dilakukan setelah bayinya lahir.

    Jika Pak Satrio tahu akan hal itu, mohon penjelasannya

    BalasHapus
  47. Buat Elsa :
    Bismillah hirhman nirohim,
    Menurut hukum Islam, adalah tidak sah BILA KEDUANYA BELUM BERTOBAT KEPADA ALLAH SWT, dasarnya ga tanggung tanggung, adalah dari Al quran, seperti ini :

    Dan perempuan-perempuan yang hamil waktu ‘iddah mereka sampai mereka melahirkan kandungannya. (QS. Ath-Tholaq : 4).

    juga yang ini :
    Dan hukum menikah dengan perempuan hamil seperti ini adalah haram dan nikahnya batil tidak sah sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala :
    Dan janganlah kalian ber’azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah sebelum habis ‘iddahnya. (QS. Al-Baqarah : 235).

    Berkata Ibnu Katsir dalam tafsir-nya tentang makna ayat ini :
    Yaitu jangan kalian melakukan akad nikah sampai lepas ‘iddah-nya. Kemudian beliau berkata : Dan para ‘ulama telah sepakat bahwa akad tidaklah sah pada masa ‘iddah.
    Lihat : Al-Mughny 11/227, Takmilah Al-Majmu’ 17/347-348, Al-Muhalla 10/263 dan Zadul Ma’ad 5/156.

    Secara global para ‘ulama berbeda pendapat dalam pensyaratan dua perkara untuk sahnya nikah dengan perempuan yang berzina.
    Syarat yang pertama : Bertaubat dari perbuatan zinanya yang nista.

    Dalam pensyaratan taubat ada dua pendapat dikalangan para ‘ulama :
    Satu : Disyaratkan bertaubat. Dan ini merupakan madzhab Imam Ahmad dan pendapat Qatadah, Ishaq dan Abu ‘Ubaid.
    Dua : Tidak disyaratkan taubat. Dan ini merupakan pendapat Imam Malik, Syafi’iy dan Abu Hanifah.

    Tarjih

    Yang benar dalam masalah ini adalah pendapat pertama yang mengatakan disyaratkan untuk bertaubat.
    Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Al-Fatawa 32/109 :
    Menikahi perempuan pezina adalah haram sampai ia bertaubat, apakah yang menikahinya itu adalah yang menzinahinya atau selainnya. Inilah yang benar tanpa keraguan. Tarjih diatas berdasarkan firman Allah ‘Azza Wa Jalla :

    Laki-laki yang berzina tidak menikahi melainkan perempuan yang berzina atau perempuan yang musyrik. Dan perempuan yang berzina tidak dinikahi melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik. Dan telah diharamkan hal tersebut atas kaum mu`minin. (QS. An-Nur : 3).

    Ayat dan hadits ini tegas menunjukkan haram nikah dengan perempuan pezina. Namun hukum haram tersebut bila ia belum bertaubat. Adapun kalau ia telah bertaubat maka terhapuslah hukum haram nikah dengan perempuan pezina tersebut berdasarkan sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam :

    Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak ada dosa baginya. (Dihasankan oleh Syeikh Al-Albany dalam Adh-Dho’ifah 2/83 dari seluruh jalan-jalannya)
    Adapun para ‘ulama yang mengatakan bahwa kalimat ‘nikah’ dalam ayat An-Nur ini bermakna jima’ atau yang mengatakan ayat ini mansukh (terhapus hukumnya) ini adalah pendapat yang jauh dan pendapat ini (yaitu yang mengatakan bermakna jima’ atau mansukh) telah dibantah secara tuntas oleh Ibnu Taimiyah dalam Al-Fatawa 32/112-116. Dan pendapat yang mengatakan haram nikah dengan perempuan pezina sebelum bertaubat, ini pula yang dikuatkan Asy-Syinqithy dalam Adwa Al-Bayan 6/71-84 dan lihat Zadul Ma’ad 5/114-115.
    Dan lihat permasalahan di atas dalam : Al-Ifshoh 8/81-84, Al-Mughny 9/562-563 (cet. Dar ‘Alamil Kutub), dan Al-Jami’ Lil Ikhtiyarat Al-Fiqhiyah 2/582-585.

    Semoga bermanfaat ya De.
    Ass. wr.wb

    BalasHapus
  48. @ Buat Elsa :
    duuuh mohon maaf keterangan yang panjang lebar itu lupa aku tulis sumbernya, ini =
    http://azzamalqitall.wordpress.com/2011/02/23/hukum-nikah-dalam-keadaan-hamil/

    Mohon maaf banget (keburu buru nyari referensi buatmu)
    Terimakasih kepada : Azzam Al Qitall yang telah berikan referensinya.

    BalasHapus
  49. lengkap banget, hehehehe

    Terima kasih Pak Satrio
    aku jadi tau

    BalasHapus
  50. @ Buat Elsa
    sama sama Bu ELSA hi hi hi (diiih kok manggilnya jadi IBU Elsa)

    BalasHapus
  51. aku pernah bikin cerpen bareng ttg ini http://puteriamirillis.blogspot.com/2011/03/aku-ingin-menjadi-pendampingmu-part-3.html.
    ada bbrp pendapat ya satrio...

    BalasHapus
  52. @ Buat puteriamirillis :
    oh ya...ntar aku lihat ya

    BalasHapus